Berbahasa Lampung lewat Gaya Bersama Lalawa

Di era sekarang ini, zaman makin berkembang, mulai dari teknologi hingga segala hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Tetapi jangan lupa, ada hal yang tidak boleh kita lupakan meskipun era dan zaman makin berkembang. Hal itu adalah budaya dan segala hal yang menyangkut keragaman sebuah daerah. Salah satunya bahasa. Meskipun zaman makin berkembang, budaya dan bahasa adalah hal yang tidak boleh dilupakan. Karena, selain merupakan sebuah warisan leluhur, budaya dan bahasa juga merupakan identitas sebuah daerah. Dari sekian banyak budaya dan bahasa di nusantara ini, salah satu yang istimewa adalah budaya dan bahasa Lampung.

Bahasa Lampung adalah salah satu bahasa daerah di Indonesia yang cukup mendapat perhatian dari para pemerhati bahasa. Hal ini dikarenakan para pemerhati bahasa khawatir karena bahasa Lampung diprediksi akan punah dalam beberapa puluh tahun ke depan. Prediksi ini bukanlah tanpa alasan. Hal ini karena para pemerhati bahasa melihat jumlah penutur bahasa Lampung makin berkurang. Pada saat ini diperkirakan jumlah penutur bahasa lampung sekitar 1 juta orang, sedangkan jumlah penduduk lampung saja hampir mencapai 10 juta orang. Artinya hanya sekitar 10 persen dari jumlah penduduk Lampung yang masih menuturkan bahasa Lampung.

Banyak hal yang menyebabkan jumlah penutur bahasa Lampung makin berkurang. Salah satunya adalah karena masyarakat Lampung, khususnya perkotaan mulai jarang bersentuhan dengan bahasa Lampung. Bagaimana tidak, bisa dikatakan saat ini masyarakat Lampung hanya bersentuhan dengan bahasa Lampung di bangku sekolah, dan saat bangku sekolah telah usai, saat itu juga bahasa Lampung mulai jarang didengar bahkan dituturkan. Hal inilah yang menyebabkan Pemerintah Lampung mencoba segala cara untuk mengajak masyarakat untuk kembali bersentuhan dengan bahasa Lampung.

Selain peran serta pemerintah, keberlangsungan bahasa Lampung tidaklah akan berhasil tanpa campur tangan masyarakat itu sendiri. Semua elemen masyarakat harus aktif dan turut serta dalam melestarikan dan menggunakan kembali bahasa Lampung. Salah satunya adalah Lalawa Lampung; sebuah brand lokal yang mengangkat budaya dan bahasa lampung ke dalam gaya dan fashion kehidupan sehari-hari. Dengan tagline “Berbahasa Lampung lewat Gaya”, Lalawa hadir untuk mengajak semua elemen khususnya anak muda untuk kembali belajar, mengenal hingga mengenalkan budaya dan bahasa Lampung. Tapi kenapa harus lewat gaya? Hal ini karena gaya dan anak muda adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. “Gaya” adalah sebuah seni yang melekat pada anak muda yang terkenal karena auranya yang semangat, aktif dan enerjik. Harapannya, anak mudalah yang nantinya akan jadi pendorong dalam melestarikan dan mengenalkan bahasa Lampung.

Lalu pertanyaan adalah bisakah “Berbahasa Lampung lewat Gaya”? Bisa atau tidaknya bukanlah hal yang harus diperdebatkan, karena intinya adalah bukan bisa atau tidaknya, tapi mau atau tidak maunya. Pertanyaannya adalah maukah kita kembali belajar, mengenal hingga mengenalkan bahasa lampung dengan cara yang berbeda yang lebih inovatif dan kreatif. Seperti salah satu desain T-shirt Lalawa yang bertajuk “Haga Payu Mak Haga Khadu” yang bermakna jika kita mau maka ayo lakukan jika tidak mau maka tinggalkan. Pada akhirnya, semua kembali kepada diri kita masing-masing, apakah kita mau melestarikan dan mengenalkan bahasa daerah kita atau tidak. Kalau kita mau dan punya tekad yang kuat, Lalawa dengan Berbahasa Lampung lewat Gaya-nya bisa jadi angin segar bagi permasalahan bahasa Lampung ini. (Lalawa/Ded)