Sarah adalah seorang remaja putri berusia 20 tahun, mahasiswa semester tiga di Fakultas Ekonomi sebuah universitas ternama di kota metropolitan ini. Dikenal sebagai sosok yang ceria, pintar, dan penuh semangat, Sarah aktif dalam berbagai kegiatan kampus, mulai dari organisasi mahasiswa hingga kegiatan sosial. Bagi Sarah, masa kuliah adalah waktu yang tepat untuk mengembangkan diri dan meraih mimpi-mimpinya.
Sarah tinggal di sebuah kos-kosan yang tak jauh dari kampus. Ia sering menghabiskan waktu di taman kampus yang rindang untuk belajar atau sekadar bersantai dengan teman-temannya. Meskipun sibuk dengan kegiatan akademis dan organisasi, Sarah selalu menyempatkan diri menikmati momen-momen kecil yang membuatnya bahagia, seperti menikmati secangkir kopi di sore hari atau membaca novel favorit di bawah pohon.
Reno, pacar Sarah, adalah mahasiswa semester lima di Fakultas Teknik di universitas yang sama. Reno adalah sosok yang populer dan karismatik. Ia dikenal sebagai bintang di fakultasnya karena kecerdasan dan keterampilannya dalam bidang teknik. Reno dan Sarah bertemu pertama kali di sebuah acara kampus setahun yang lalu. Perkenalan mereka bermula dari ketidaksengajaan saat Sarah tak sengaja menumpahkan minumannya ke baju Reno. Dari insiden kecil itu, mereka mulai sering bertemu dan berbincang, hingga akhirnya mereka resmi berpacaran.
Hubungan Sarah dan Reno awalnya berjalan dengan sangat baik. Mereka sering menghabiskan waktu bersama di sela-sela kesibukan kuliah. Sarah sering mendukung Reno dalam berbagai proyeknya, sementara Reno selalu ada untuk Sarah, memberi dukungan dan semangat. Mereka sering terlihat bersama di kantin kampus, berbagi cerita dan tawa. Banyak teman-teman mereka yang mengagumi dan iri pada hubungan mereka yang tampak harmonis.
Namun, seiring berjalannya waktu, Reno semakin sibuk dengan proyek-proyeknya di fakultas. Reno sering kali harus menghabiskan waktu berjam-jam di laboratorium atau rapat dengan timnya. Hal ini membuatnya sering absen dalam kegiatan yang biasanya mereka lakukan bersama. Sarah awalnya mencoba memahami kesibukan Reno. Ia tahu betapa pentingnya proyek-proyek itu bagi masa depan Reno. Namun, lama-kelamaan, Sarah mulai merasa diabaikan. Pesan-pesan yang ia kirimkan sering kali hanya dibalas singkat atau bahkan tidak dibalas sama sekali. Ketika mereka bertemu, Reno tampak selalu terburu-buru dan pikirannya melayang ke tempat lain.
Perasaan curiga mulai muncul dalam diri Sarah. Suatu hari, ketika sedang berjalan menuju kelas, Sarah melihat Reno sedang berbicara dengan seorang gadis yang tak dikenalnya. Mereka tampak akrab dan tertawa bersama. Pemandangan itu membuat hati Sarah terasa nyeri, namun ia mencoba menepis pikiran-pikiran negatif yang muncul. “Mungkin itu hanya teman satu proyeknya,” pikir Sarah, mencoba meyakinkan diri.
Hari-hari berikutnya, Reno semakin sulit dihubungi. Alasan-alasan seperti “sedang rapat” atau “ada urusan mendadak” menjadi jawaban yang sering Sarah dengar. Ketika Sarah mencoba mengajak Reno berbicara tentang perasaannya, Reno selalu berhasil mengalihkan topik pembicaraan atau memberi alasan untuk tidak membahasnya saat itu. Sarah merasa seperti berjalan di atas bara api, tidak tahu kapan waktu yang tepat untuk berbicara atau bagaimana harus bersikap.
Meskipun demikian, Sarah tetap berusaha menjalani hari-harinya dengan semangat. Ia tidak ingin terlihat lemah atau terlalu bergantung pada Reno. Sarah tetap aktif dalam berbagai kegiatan kampus. Ia terlibat dalam organisasi mahasiswa, menjadi panitia berbagai acara, dan mengikuti seminar-seminar yang diadakan di kampus. Teman-teman Sarah sering mengajaknya untuk bersantai dan melepas penat. Mereka mengajak Sarah pergi ke kafe atau menonton film bersama. Dalam momen-momen seperti itu, Sarah merasa sedikit terhibur dan bisa melupakan kekhawatirannya sejenak.
Namun, di balik senyum dan tawa yang ia tunjukkan, Sarah tidak bisa mengelak dari perasaan resah yang terus mengganggunya. Malam-malam Sarah sering kali diisi dengan lamunan dan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab. Ia bertanya-tanya apakah Reno masih mencintainya seperti dulu, atau apakah ada sesuatu yang ia sembunyikan.
Dalam hati kecilnya, Sarah tahu bahwa ia harus mencari tahu kebenaran. Ia tidak bisa terus hidup dalam ketidakpastian dan kecurigaan. Namun, keberanian untuk menghadapi kenyataan itu belum sepenuhnya ia miliki. Sarah terus berharap bahwa semuanya akan kembali seperti semula, bahwa Reno akan kembali menjadi pacar yang ia kenal dan cintai.
Hari-hari berlalu dengan perlahan, dan Sarah semakin sadar bahwa ada sesuatu yang harus ia lakukan. Ia tidak bisa terus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Ia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, meskipun itu berarti harus menghadapi kemungkinan yang paling menyakitkan. Sarah tahu bahwa perjalanan ini mungkin akan sulit, tapi ia juga tahu bahwa ia tidak sendirian. Ia memiliki teman-teman yang peduli dan mendukungnya, serta kekuatan dalam dirinya yang belum sepenuhnya ia sadari.
Perjalanan Sarah untuk menemukan kebenaran dan mencari kebahagiaan sejati baru saja dimulai. Ia siap menghadapi tantangan apapun yang akan datang, karena ia tahu bahwa di ujung jalan, ada cahaya yang menunggunya.
Bersambung ….
—