Home Figur Budiharto: Berbagai Langkah Sinergi Kebijakan telah Ditempuh untuk Mendorong Kinerja Pariwisata
Figur

Budiharto: Berbagai Langkah Sinergi Kebijakan telah Ditempuh untuk Mendorong Kinerja Pariwisata

Sektor pariwisata menunjukkan perkembangan yang sangat luar biasa. Beberapa tahun terakhir, terjadi kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia. Begitu juga dengan kontribusinya terhadap PDB dan penerimaan devisa, porsi yang diberikan juga semakin besar.

Memasuki tahun 2020, merupakan masa yang sulit akibat merebaknya wabah Covid-19. Sektor pariwisata sangat terganggu oleh pandemi ini. Tentunya juga mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Lampung, Budiharto Setyawan, saat diwawancarai Travel2Lampung, Jum`at (26/6), menjelaskan peranan pariwisata terhadap perekonomian dan bagaimana Bank Indonesia sebagai bank sentral memberikan dukungan terhadap pembangunan pariwisata

Banner Ruparupa Special Online

Advertisement

Menurut Budiharto, sektor pariwisata merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia yang memiliki potensi besar untuk menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Keunggulan sektor pariwisata Indonesia, berupa kekayaan alam dan budaya serta berbagai endowments yang ada, menjadi modal pendukung yang dapat dioptimalkan untuk mendorong perekonomian dan mendatangkan devisa di berbagai destinasi wisata nasional, baik bersumber dari wisatawan nusantara (wisnus) maupun mancanegara (wisman).

“Peranan sektor pariwisata nasional semakin penting sejalan dengan perkembangan dan kontribusi yang diberikan sector ini melalui penerimaan devisa, pendapatan daerah, pengembangan wilayah, maupun dalam penyerapan investasi dan tenaga kerja serta pengembangan usaha yang tersebar di berbagai pelosok wilayah di Indonesia,” kata Budiharto.

Budiharto menambahkan, berdasarkan Neraca Satelit Pariwisata Nasional (NESPARNAS) BPS tahun 2017, peran sector pariwisata dalam menciptakan output perekonomian dan PDB dengan menggunakan data tahun 2015 masing masing mencapai 4,44 persen dan 4,25 persen.  Sementara hasil kajian Kemenparekraf dengan menggunakan data tahun 2015 dan 2016 menunjukan kontribusi sector pariwisata terhadap output perekonomian, PDRB, dan penciptaan kesempatan kerja yang meningkat masing masing dari 5,57 persen, 5,47 persen  dan 3,72 persen menjadi  5,89 persen, 5,82 persen dan 4,19 persen, selaras dengan meningkatnya jumlah wisatawan. Ke depan, peran sektor pariwisata sebagai alternative sumber pertumbuhan ekonomi baru dan penerimaan devisa nasional semakin penting, di tengah dinamika ketidakpastian global yang dapat berlanjut sehingga berdampak pada kinerja ekspor barang.

Kunjungan wisatawan di Indonesia terus mengalami peningkatan yang dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian. Berdasarkan data BPS, jumlah perjalanan wisnus dalam lima tahun terakhir (2013-2018) meningkat lebih dari 21 persen. Selain itu, dalam kurun waktu yang sama, belanja wisnus juga meningkat sebesar 63,6 persen. Jumlah kunjungan wisman bahkan meningkat lebih tinggi yakni 37,58 persen pada periode yang sama. Meningkatnya jumlah wisatawan berbanding lurus dengan demand untuk transportasi hingga produk/jasa di daerah tujuan wisata, seperti akomodasi, makanan dan minuman, cinderamata, kegiatan rekreasi dan sebagainya. Hal ini menghasilkan efek langsung pada bisnis dan ekonomi yang dapat diukur dari pendapatan upah tenaga kerja sektor pariwisata dan pajak yang dibayar oleh perusahaan pariwisata kepada negara.

Baca juga:  Rektor IIB Darmajaya Firmansyah: Pelaku Industri Pariwisata Harus Manfaatkan Peluang Creativity Tourism Digital

“Pada waktu bersamaan, bisnis pariwisata memerlukan barang dan jasa dari sector lainnya untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Pengeluaran bisnis pariwisata tersebut merupakan efek tidak langsung pariwisata melalui pembelian input dari sector lain yang kemudian berdampak juga pada penciptaan lapangan pekerjaan dan upah di sector lainnya. Dari sisi investasi, meningkatnya permintaan pada produk dan jasa pariwisata menarik investor untuk menanam modal di sector pariwisata seperti investasi pembangunan hotel/penginapan, restoran, pembelian peralatan dan lain sebagainya.  Investasi tersebut akan berpengaruh juga pada sector lainnya seperti sector bangunan, listrik dan lain sebagainya,” papar alumni Universitas Gajah Mada ini.

Berkaitan dengan situasi terkini, Budiharto berpendapat bahwa peningkatan penerimaan devisa pariwisata 2020 dihadapkan pada tantangan terutama akibat pandemic COVID-19. Penyebaran virus COVID-19 berdampak langsung pada jumlah kunjungan wisman karena per 18 Mei 2020 penyebaran virus COVID-19 telah menjangkit 214 negara (WHO).  Dengan demikian, hampir seluruh negara mengambil kebijakan untuk menutup akses penerbangan. Selain itu, kekhawatiran terhadap penyebaran virus tersebut juga menimbulkan perilaku menahan perjalanan wisata yang berpotensi menurunkan pencapaian devisa.

“Menghadapi tantangan tersebut, upaya menjaga image positif  Indonesia perlu terus diperkuat. Dalam upaya tersebut, pemerintah melakukan penyusunan tahapan sosialisasi yang menggambarkan upaya dalam membangun destinasi yang menerapkan protocol cleanliness, health, and safety (CHS). Fokus pemulihan sector pariwisata juga akan diarahkan pada peningkatan aktifitas wisnus dengan tujuan menggerakan masyarakat Indonesia  mulai dari titik terdekat untuk menghidupkan kembali perekonomian sector pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia.  Selain itu, implementasi Manajemen Krisi Kepariwisataan (MKK) perlu segera dilakukan terutama di destinasi wisata super prioritas untuk meningkatkan persepsi positif  wisatawan terhadap keamanan pariwisata Indonesia’” imbuh Budiharto lagi.

Baca juga:  Handitya Narapati: Saat New Normal Diberlakukan, Semua Wajib Ikuti SOP Protokol Kesehatan

Selanjutnya, Pejabat BI yang saat awal berkarir, ditempatkan di KaBI Samarinda ini, menjelaskan bagaimana Bank Indonesia sebagai bank sentral memberikan dukungan terhadap pembangunan pariwisata.

Budiharto mengatakan bahwa akselerasi percepatan kinerja sector pariwisata memerlukan kordinasi dan sinergi lintas kementerian. Menurutnya, pengembangan sektor pariwisata merupakan pengembangan multi sector. Hal ini dikarenakan dalam membangun suatu destinasi wisata yang baik, dibutuhkan iklim pariwisata yang juga baik.  Iklim pariwisata berupa akses dan amenitas merupakan sector yang ada pada kewenangan kementerian lain.

“Untuk mengakselerasi peran pariwisata nasional, Pemerintah bersama dengan Bank Indonesia menginisiasi pembentukan Sekretariat Bersama (SekBer) Percepatan Pengembangan Sektor Pariwisata.  Pembentukan SekBer berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2019. SekBer mempunyai tugas dan fungsi utama untuk melakukan pemantauan, evaluasi  dan pe;aporan pelaksanaan strategi kebijakan percepatan pengembangan sector pariwisata yang telah disepakati dalam rapat koordinasi antara Pemerintah dan Bank Indonesia,” kata Budiharto.

Ia pun mejelaskan bahwa berbagai langkah sinergi kebijakan telah ditempuh untuk mendorong kinerja pariwisata sejak tahun 2019. Pemerintah, BI dan OJK menyepakati beberapa langkah strategis untuk mendorong pengembangan sector pariwisata dengan memperkuat koordinasi dan  mensinergikan kebijakan antar pemangku kepentingan.  Kesepakatan ini terkait peningkatan 3A (atraksi, amenitas, aksesibilitas) dan 2P (promosi dan pelaku usaha). Untuk lebih focus dalam pengembangan, Pemerintah telah menetapkan destinasi super prioritas, yaitu Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo Tengger Semeru, Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi dan Morotai di luar destinasi utama saat ini seperti Bali dan Jakarta.

Budiharto pun melanjutkan penjelasannya bahwa Bank Indonesia turut mengambil peran konkrit dalam peningkatan kinerja sector pariwisata, selain terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan instansi terkait lainnya. Melalui program pengembangan UMKM, Bank Indonesia melakukan pembinaan dan pendampingan kepada sejumlah UMKM yang terkait di bidang pariwisata dan kebudayaan di berbagai daerah untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas produksnya. Sebagai contoh, Bank Indonesia melakukan pendampingan pengembangan kualitas kain daerah dan turunannya, souvenir dan oleh oleh dari berbagai daerah.

Baca juga:  Penghormatan Ekonom Faisal Basri Meninggal Dunia

“Kurasi terhadap produk-produk tersebut juga dilakukan, agar kualitasnya dapat diterima di pasar internasional,” imbuh Budiharto.

Ia pun menjelaskan lagi jika Bank Indonesia, melalui Program Sosial Bank Indonesia,  juga memberikan dukungan stimulus pengembangan amenitas dan atraksi pariwisata seperti pembangunan galeri budaya, fasilitas pendukung di lokasi wisata, serta pemberian sarana dan prasarana alat musik dan kostum budaya kepada sejumlah kelompok budaya di daerah. Pengembangan amenitas juga dilakukan melalui penyelenggaraan Program Indonesia Bersih yang ditempuh untuk menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan di berbagai destinasi wisata.  Program ini dilakukan dengan melibatkan Generasi Baru Indonesia (GenBI), sekaligus menanamkan kepedualian generasi muda terhadap kelestarian budaya dan lingkungan.  Bank Indonesia juga akan memastikan ketersediaan uang Rupiah layak edar, termasuk ketersediaan fasilitas Anjungan Tunai Mandiri (ATM), kegiatan usaha penukaran valuta asing (KUPVA), operasional kanal pembayaran, serta pengembangan elektronifikasi transaksi pelaku pariwisata di destinasi wisata.

Dari sisi promosi, Bank Indonesia juga berperan aktif melakukan sejumlah kegiatan festival budaya dan pameran untuk mendukung UMKM Indonesia termasuk pariwisata.  Sejak tahun 2017, Bank Indonesia menyelenggarakan kegiatan pameran tahunan Karya Kreatif Indonesia (KKI) yang menghadirkan koleksi lengkap kain dan kerajinan tradisional dari seluruh pengrajin binaan Bank Indonesia yang tersebar di seluruh nusantara.  Penyelenggaraan pameran tersebut merupakan salah satu wujud nyata Bank Indonesia dalam rangka mendukung pengembangan UMKM kreatif sekaligus memperkenalkan produk kerajinan yang dapat mengangkat citra budaya daerah,  mendukung penyerapan tenaga kerja serta mendorong pariwisata.  Dalam upaya promosi digital,  Bank Indonesia juga telah mengembangkan sebuah platform untuk mempromosikan produk UMKM kreatif Indonesia, khususnya yang berbasis syariah,  yang dikenal dengan IKRA (Industri Kreatif Indonesia). Melalui IKRA,  UMKM mendapatkan pembinaan dan kurasi sehingga kualitas produk dapat ditingkatkan dan dipasarkan melalui website IKRA.

Bagaimana di Lampung? Apa yang sudah dilakukan BI dalam rangka pengembangan pariwisata? Hasil wawancara dengan Kepala Kantor Perwakilan BI Lampung, Budiharto Setyawan, akan dilanjutkan pada artikel berikutnya. (ded)

Banner Rupa Rupa

Advertisement

Kabin Bagasi Koper Tas Travel Polo

Advertisement

Author

admintravel2lampung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

-Untuk kerjasama promosi, publikasi kegiatan, content placement, media partner, sponsored article, dan penayangan banner, silahkan hubungi e-mail: admin@travel2lampung.com-