Negeri Olok Gading termasuk kelurahan atau kampung tertua di Kota Bandar Lampung. Secara administrasi wilayahnya masuk ke dalam Kecamatan Teluk Betung Barat. Kampung ini juga memiliki banyak kestimewaan dan sudah diakui dalam hal sosial budaya. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung nomor 10 tahun 2011, Kelurahan Negeri Olok Gading ditetapkan sebagai salah satu kawasan cagar budaya.
Tempat yang dulunya bernama Kampung Negeri dan Lamban Dalom sebagai pusatnya, didirikan oleh Ibrahim Gelar Pangeran Pemuka pada tahun 1618 M. Tujuannya adalah untuk memperluas wilayah kedudukan adat Marga Balak dan menetapkan penyatuan tiga marga yaitu Lunik, Bumiwaras, dan Balak sebagai bagian terpadu dari struktur pemerintahan terendah saat itu.
Lamban Dalom Kebandaran Marga Balak memiliki pusat pemerintahan adat, yaitu bangunan tradisional yang dibuat oleh Ibrahim Gelar Pemuka. Bangunan ini terbuat dari kayu dengan siger besar di bagian atas. Waw.. sangat keren banget pastinya.
Halaman luar berfungsi untuk tempat melaksanakan upacara adat seperti begawi, deduaian, dan perkawinan. Terasnya digunakan sebagai tempat pertemuan para tokoh penyimbang adat. Sedangkan, bagian bawah bangunan digunakan untuk ruang serba guna dalam penyelenggaraan kesenian tradisional, seperti Tari Bedana, Tari Siger Penguten serta penyimpanan benda-benda budaya, seperti siger berusia ratusan tahun, keris, dan masih banyak lagi pastinya.
Salah satu tarian yang merupakan tradisi dan sampai sekarang ini masih hidup dan berkembang adalah Tari Bedana Olok Gading. Tari ini mempunyai 13 ragam gerak yang mendasari perkembangan tari bedana di Lampung, yaitu ragam gerak takzim, langkah pembuka, lapah, pecoh, motok hmoloh, motokh laju, motokh mejong, lapah mundokh, lapah lambai/susunsirih, belituk, sarah, tahtim,dan tahto. Wah… banyak sekali, ya.
Tari Bedana Olok Gading ini juga masih sangat dijaga nilai–nilai keislaman hingga saat ini. Ciri khas tarian ini adalah menggunakan pola lantai maju mundur pada satu garis lurus seperti membentuk huruf Alif. Kemudian, menari berpasangan dengan arah berlawanan layaknya orang bercermin. Tari ini menggunakan tiga hitungan, yaitu 2, 3 dan 4. Wajib di coba, nih!
Strategi Pengembangan Budaya (Tari Olok Gading)
Awal mula diperkenalkannya Tari Bedana Olok Gading, bersamaan dengan masuknya agama Islam di Lampung. Karena di dalamnya terkandung nilai-nilai ajaran agama Islam, maka dahulunya tari ini dijadikan sebagai salah satu media untuk menyebarkan ajaran agama tersebut. Seiring berjalannya waktu, Tari Bedana ini juga digunakan sebagai media hiburan, seperti acara pernikahan dan festival.
Upaya untuk menjaga dan melestarikan budaya lokal harus tetap dilakukan, di tengah bertambahnya tari-tarian modern. Keberadaan lembaga-lembaga adat dan para seniman dapat membantu dalam melestarikannya.
Begitu juga dengan Program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) yang digagas oleh pemerintah. Program ini ikut melibatkan seniman dalam rangka melestarikan budaya, termasuk Tari Olok Gading. Siswa-siswi SD, SMP hingga SMA/SMK merupakan sasaran yang tepat karena mereka adalah generasi muda. Mereka memang harus lebih aktif dalam melestarikan kebudayaan dan kesenian lokal. So sob, mari lestarikan kebudayan lokal, yaa…. Teghimakasih.
***
Penulis: Bangkit Hadi Nugroho (Mahasiswa Prodi. D-3 Perjalanan Wisata, Politeknik Negeri Lampung)
—
Silahkan baca artikel menarik lainnya:
- Lirik dan Kunci Gitar Lagu Tanoh Lado
- Sinopsis Novel Heartbreak Motel: Kisah Cinta, Luka, dan Harapan
- Beli Tas Pinggang Terbaik Online: Panduan Lengkap untuk Memilih dan Berbelanja