SEDIKIT gerimis, akhir Desember sekitar jam 7 malam di Jalan Ratu Dibalau, Bandar Lampung, tidak jauh dari pertigaan Jalan Pulau Damar. Travel2Lampung menghampiri Diki, sapaan dari Thomas Diki Hendri yang sedang menunggui kedai kopi-nya, yang diberi nama “Dik Dik Coffee”.
Dik Dik Coffee berada di halaman depan sebuah bengkel las. Malam hari saat bengkel tutup, Diki membuka kedainya berupa sejumlah kursi dan meja, beserta booth yang dilengkapi dengan peralatan yang biasa terdapat di café ataupun coffeeshop, seperti timbangan digital, Electric Grinder, Moca Pot Aluminium, Gooseneck Kettle, Milk Frother, Milk Jug dan V60 Double Layer.
Kepada Travel2Lampung, Diki mengatakan kalau usaha bengkel las tersebut milik om dari temannya.
“Waktu itu saya tanya sama om-nya teman, boleh gak kalo malam hari, saya buka booth kopi di halaman bengkel,” kata Diki.
Beliau tidak keberatan, bahkan sangat mendukung. Diki pun diijinkan memakai halaman bengkel las untuk coffe booth-nya.
“Saya hanya melengkapi dengan kabel panjang untuk ambil listrik dari bengkel” tambah Diki.
Walaupun kecil dan berada di pinggir jalan, suasana Dik Dik Coffe tidak kalah dengan kafe-kafe besar. Gelapnya malam menjadi syahdu oleh cahaya lampu putih agak kekuning-kuningan yang meneranginya.
Menu yang disajikan Dik Dik Coffee terbagi dalam tiga jenis. Pertama Ice Coffee, terdiri dari Coffee Susu Gula Aren, Coffee susu Ndeso, Coffee Susu Regal, Coffee Susu Banana, Coffee Susu Pandan, dan Coffee Susu. Kedua Hot Coffee, antara lain V60, Vietnam Drip, Coffee Late, Green Tea Late, Red Valvet Late, dan Tubruk. Yang terakhir adalah Varian Shake, antara lain Chocolate Shake, Green Tea Shake, Milk Regal, dan Red Valvet Shake.
Minuman di atas, ditawarkan dengan harga berkisar antara Rp7.000.- hingga Rp15.000.- saja. Dengan harga yang sangat terjangkau tersebut, Dik Dik Coffee tetap menjaga cita rasa dan kualitas demi kepuasan para pelanggannya.
Saat itu Travel2Lampung disajikan Café Latte Lokal. Sambil menikmati minuman kopi yang dicampur susu dengan lapisan busa tipis di bagian atasnya tersebut, Travel2Lampung memperhatikan bagaimana satu persatu pelanggan datang. Tampak juga beberapa pelanggan terlibat pembicaraan dengan Diki. Sepertinya agak penasaran dengan menu-menu yang tersedia. Diki pun melayaninya dengan ramah.
Pelanggan kebanyakan melakukan pemesanan untuk dibawa pulang. Selain pelanggan yang datang langsung, pesanan juga diambil oleh driver aplikasi ojek online.
Di sela-sela waktu melayani, Travel2Lampung sempat bertanya tentang aktivitas sehari-hari Diki.
“Kalo siang,biasanya saya kuliah. Tapi karena situasi lagi pandemi, sekarang kuliahnya online. Malam hari setelah jualan, saya kerja di salah satu hotel sampai pagi,” tutur mahasiswa semester 5 Jurusan Akuntansi STIE Gentiaras ini.
Tampaknya, Diki bukanlah pemuda biasa. Lulusan SMK ini adalah pekerja keras yang mempunyai cita-cita besar. Dia menimbah ilmu, dia juga bekerja, sekaligus seorang entrepreneur yang sedang berupaya membesarkan usahanya.
Oh iya, Dik Dik Coffee buka setiap hari mulai dari jam 17.00 hingga beresan, biasanya sekitar jam 12 malam. Selama waktu tersebut, Diki yang melakukan persiapan dan berjualan hingga jam 21.00. Setelah itu, digantikan oleh Dika, saudara kembarnya, hingga beresan.
Sobat Travel2Lampung, yuks mampir ke Dik Dik Coffee, berkenalan dengan Diki dan Dika sambil menikmati kopi racikan mereka.(E1)