SEORANG pegiat literasi Motor Perahu Pustaka (MPP) Lampung Selatan, Ardiyanto secara rutin berkeliling ke pulau-pulau kecil, antara lain Pulau Harimau Balak, Pulau Sebesi, dan pesisir bagian pedalaman. Dengan motor yang telah dilengkapi obrok, ia membawa sekitar 120 buku yang kebanyakan berupa cerita bergambar.
Saat Ardiyanto datang, anak-anak menyambutnya dengan antusias. Selanjutnya, memilih bacaan sesuai minat masing-masing. Biasanya, mereka membaca buku di saung ataupun di bawah pohon.
Pada masa awal bergiat, Ardiyanto memulainya di Dusun Legok Noong, Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni. Saat itu, jumlah buku yang dikoleksinya baru 20. Ardiyanto mendapatkannya dari Radmiadi, salah seorang Pendiri Perahu Pustaka Lampung. Sejalan dengan waktu, jumlahnya terus bertambah dan kini telah mencapai ribuan.
Beberapa buku dibeli dari tukang loak atau barang bekas di wilayah Banten. Sebagian lagi berasal dari para donatur pribadi maupun organisasi.
Sepanjang 2018 hingga 2019, donasi berupa buku terus mengalir dari seluruh Indonesia. Semenjak terhentinya program pustaka bebas bea (free cargo literacy), buku diterima melalui pengiriman paket reguler.
“Saat buku dikirim oleh para donatur perseorangan dan organisasi, kerap terdiri dari berbagai jenis bacaan anak-anak hingga orang dewasa. Saya seleksi terlebih dahulu untuk perpustakaan di rumah. Dan, yang dibawa berkeliling, dominan buku anak-anak,” ungkap Ardiyanto, Minggu (26/3).
Selain buku, lanjutnya, donatur juga memberikan bantuan berupa rak.
“Rak buku dari DPR RI menjadi tempat meletakkan buku yang dipajang di rumah,” ujar Ardiyanto lagi.
Ia pun memastikan, setiap hari rumahnya selalu ramai dikunjungi anak-anak untuk membaca buku.
—
Reporter: Misri