PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) menekankan pentingnya Indonesia memiliki ketahanan yang panjang akibat ketidakpastian yang dialami dunia, mulai pandemi yang belum usai sampai perang di Ukraina yang diperkirakan akan berlangsung lama.
“Perang tidak akan berhenti besok, bulan depan, atau tahun depan. Artinya, enggak jelas, sehingga yang kita perlukan, negara kita memerlukan sebuah endurance yang panjang,” ujar Presiden Joko Widodo saat menyampaikan sambutan pada acara United Overseas Bank (UOB) Economic Outlook 2023 yang digelar di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Kamis (29/9).
Terkait dengan situasi tersebut, Presiden Jokowi pun mengingatkan kepada Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani untuk berhati-hati dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Presiden meminta agar APBN digunakan untuk hal produktif dan memberikan imbal hasil yang jelas.
“Saya selalu sampaikan ke Bu Menteri Keuangan, ‘Bu, kalau punya uang kita, di APBN kita, dieman-eman, dijaga, hati-hati mengeluarkannya. Harus produktif, harus memunculkan return yang jelas.’ Karena kita tahu, sekali lagi, hampir semua negara tumbuh melemah, terkontraksi ekonominya,” jelasnya.
Selain itu, saat ini semua negara juga tengah menyelesaikan masalah inflasi yang menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa. Ia memandang bahwa inflasi Indonesia masih cukup terkendali di angka 4,6% yang dinilainya masih lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Menurut Presiden, terkendalinya inflasi tersebut disebabkan keharmonisan hubungan antara otoritas pemegang fiskal (Menteri Keuangan) dengan bank sentral (Bank Indonesia) yang berjalan beriringan, rukun, dan sinkron.
“Coba bandingkan dengan negara yang lain, otoritas moneter dan otoritas fiskal, bank sentralnya naikin bunga, menteri keuangannya naikkan defisit. Naikkan defisit itu artinya menggrojokkan uang lebih banyak ke pasar. Artinya, menaikkan inflasi. Yang satu ngerem inflasi, yang satu menggrojokkan inflasi,” jelas Presiden.
“Di sini, yang beda di situ, karena BI dan Kementerian Keuangan berjalan beriringan, rukun, sinkron, konsolidatif. APBN-nya konsolidatif, APBN-nya menyehatkan, berani memutuskan,” tuturnya.
Di penghujung sambutannya, Presiden kembali mengingatkan agar APBN betul-betul dikelola secara hati-hati. Dengan demikian, Presiden menjelaskan fiskal yang dimiliki pemerintah diharapkan dapat digunakan secara berkelanjutan untuk menghadapi situasi dunia tahun depan yang diprediksi “gelap”.
“Terakhir, saya selalu sampaikan kepada Bu Menteri, ‘Bu Menteri, kita ini memiliki amunisi. Saya minta betul-betul dijaga, hati-hati, bijaksana betul dalam menggunakan setiap Rupiah yang kita miliki, tidak jor-joran, dan betul-betul harus dijaga.’ Tidak boleh kita hanya berpikir uang itu hanya untuk hari ini atau tahun ini,” tegas Jokowi.
“Tahun depan seperti apa? Karena semua pengamat internasional menyampaikan bahwa tahun depan itu akan lebih “gelap”. Tapi, kalau kita punya persiapan amunisi, ini akan berbeda, sehingga betul-betul APBN kita APBN yang berkelanjutan,” tandasnya.(*ls/Pre/Jur/Ded)
Reading your article helped me a lot and I agree with you. But I still have some doubts, can you clarify for me? I’ll keep an eye out for your answers.